Cari Berita/Artikel :

Aktivis, Jalan, Ketidakbenaran & Rintih Negeri Merah Putih


Oleh : Rahmat Nuriyansyah

ENTAH SIAPA YANG ANTI TEORI ..?
Risalah yang terpaksa di recycle karena menilik chaos kepemimpinan di negeri ini, saat ini.
Dulu,
Salah satu warisan yang masih tersisa dikepala, dari memory pendidikan dasar 44 th yang lalu, adalah semacam rukun iman, alias rukun kepercayaan yang harus dipatuhi, saat melakukan pengembaraan ditengah persoalan hirup pikuknya suatu bangsa.
Dengan urutan / hierarki prioritas sbb :
1.        Percaya pada TUHAN YME, karena Dia lah sang penentu dari setiap usaha yg kita lakukan.
2.      Percaya pada DIRI SENDIRI, yaitu menyiapkan kualifikasi dan kompetensi diri, dengan berbagai ilmu dan ketrampilan yang dibutuhkan pada saat pengembaraan, melalui proses pendidikan dan latihan yang berkelanjutan.
3.        Percaya pada ALAT, yaitu alat bantu agar perjalanan bisa lebih dimudahkan saat menghadapi tantangan2 yang paling ekstrim sekalipun.
4.        Percaya pada TEMAN, yaitu dalam konteks team-work, saling membantu demi keberhasilan bersama (our success).
Urutan standarisasi yang dibakukan, tidak boleh dirubah, sebab sekali tertukar, dijamin akan kacau balau. Seperti jika percaya pada Teman menjadi no 3 , dan alat jadi no 4 , maka dia pasti mengandalkan teman untuk menyiapkan peralatan. Demikian pula jika alat menjadi no 2, dan diri sendiri menjadi no 3, maka orang tadi tidak akan percaya diri, jika kehilangan alat.

Sekarang,
Mari kita lihat para petinggi dan tokoh dinegeri ini, yang konon sebagai pemilik dari negeri ini, dengan urutan rukun kepercayaan serta konsekwensinya, sbb :
1.        Percaya pada TEMAN, alias punya koneksi orang pusat apa engga? yang bakalan membantu menaikan rating. Di negeri ini seringkali yang naik menjadi pimpinan, bukan mereka yang berprestasi (achievement oriented), namun mereka yang punya kedekatan alias afiliation oriented.
2.        Percaya pada ALAT, alias sangat menggantung pada kepemilikan alat yang dipunyai. Yang paling kuat tentu saja harta dan jabatan. Punya koneksi dan punya duit, itulah yang paling penting untuk menggapai kekuasaan.
3.        Percaya pada DIRI SENDIRI, ini siapah saya?, asal kamu padea tau, saya ini temennya panggede itu, sohibnya orang beken itu. Saya yang punya pulau, saya yang menguasai saham, saya yang punya bla bla bla bla bla, Diri sendiri yang dibangun oleh azas “kepemilikan”.
4.        Percaya pada TUHAN YME, kalau semua kepercayaan 1 – 3 dibantai oleh KPK atau polisi yang anti maling, umumnya mereka baru mengadakan pendekatan kepercayaan yang ke 4, yaitu membangun image orang religius. Mereka duduk di kursi pesakitan, namun tak nampak kaya penjahat, karena tiba tiba saja memakai baju takwa, berkopiah, atau bertopi haji yang serba putih. Yang perempuan tiba-tiba saja berjilbab.

Saya hanya warisan tempo dulu, nilai dan belief system juga warisan dari jaman dulu. Namun sekarang ternyata sang rukun iman sudah jauh berubah urutan dan prioritasnya serba TERBALIK !. Akhirnya cuma bisa mengelus dada, karena kita mendadak seolah-olah menjadi orang yang anti teori, anti kecenderungan masyarakat yang serba hedonis serta mendewakan jabatan. Negeri merah putih menjadi antah berantah karena sejarah hanya dijadikan sebuah cover yang berisi sebuah kepalsuan & kemunafikan.
Dimana Aktivis itu?? 
Sampai sekarang Aktivis hanya bisa berlomba & berbondong - bondong untuk memperebutkan kedudukan/ kekuasaan, itulah budaya yang tidak bisa kita pungkiri. Distulah mafia tumbuh subur. Tapi biarlah, karena setidaknya, kita tidak berahir di gedung KPK karena setidaknya kita tidak menjadi badut badut elite.