Cari Berita/Artikel :

Bahaya Menahan Air Kencing Bagi Kesehatan

Oleh : Zezen Zaenudin Ali



Tubuh manusia akan terus berproduksi sehingga dari aktivitasnya mengharuskan manusia untuk memenuhi kebutuhan energinya. Tak jarang medispun menganjurkan untuk membiasakan hidup sehat dengan beragam aktifitas yang mendukung serta mengkonsumsi asupan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Asupan makanan tersebut akan diolah oleh tubuh menghasilkan beragam zat yang dibutuhkan, baik sebagai sumber tenaga, protein dan lain sebagainya. Rutinitas berat dapat saja menjadi kendala bagi kesehatan manakala tidak diimbangi dengan asupan makanan yang mengandung berbagai zat yang dibutuhkan.
Salah satu zat yang dihasilkan oleh aktitas tubuh kita dalam menyerap makanan adalah air kencing-air seni. Air seni menjadi salah satu yang tidak bisa dianggap sepele bagi kesehatan manakala tidak membiasakan diri untuk membuangnya. Mengeluarkan air seni secara teratur dengan tidak menunda-nunda akan memberikan dampak positif sendiri bagi tubuh. Namun kadang kebiasaan menunda atau menahan air kencing dapat saja terjadi kepada siapapun dengan beragam alasan kerap kali disampaikan oleh setiap orang berdasarkan pada rutinitas kebiasaannya semisal karena kesibukan dalam bekerja, kurang nyamannya tempat pembuangan air kencing dan lain sebagainya kadang-kadang mengurungkan niatnya untuk membuang air kencing alhasil sering kali menunda-menahan air kencing. Padahal didunia kesehatan kejadian tersebut tidak bisa dibenarkan karena dapat berakibat buruk bagi kesehatan diri sendiri hingga menimbulkan munculnya penyakit.
Kemudian bahaya menahan kencing bagi kesehatan menurut  dr R Soetomo Slamet Iman Santoso, seorang ahli penyakit dalam menegaskan bahwa menahan air kencing merupakan tindakan yang tidak baik. Karena air kencing merupakan air limbah, kotoran serta racun yang sifatnya harus dikeluarkan dari badan. Air kencing merupakan kandungan sisa makanan yang tidak dicerna, sisa minuman yang tidak terserap oleh tubuh serta mengandung kuman pemicu penyakit yang telah diproses oleh ginjal. Tindakan tegas untuk membiasakan diri agar tidak menunda mengeluarkan air kencing meski dilakukan meskipun kita terjebak dalam rutinitas kesibukan, semua itu semata sebagai tindakan pencegahan agar badan terbebas dari beragam penyakit. Karena manakala tidak disegerakan dalam artian menahan air kencing dapat saja zat-zat yang terkandung dalam air kencing akan merusak saluran kemih, terlebih manakala air kencing tersebut mengandung kuman penyakit, semakin lama berada dikantung kemih maka kemungkinan akan semakin bertambah pula kuman yang terus menumpuk didalamnya.
Menahan kencing berjam-jam akan meningkatkan pertumbuhan kuman dalam jumlah banyak yang akan mengendap dalam kantung kemih yang kemudian aktivitas kuman itu pun naik ke arah ginjal. Meskipun hal ini tidak biasa, tetapi dapat saja terjadi. Pada akhirnya akibat yang akan terjadi gangguan pada ginjal. Selain itu , bahaya menahan kencing bagi kesehatan yang lainnya adalah lebih rentan terkena infeksi saluran kemih. mudah timbul batu saluran kemih. Air kencing mengandung berbagai macam zat dan mineral, jika mengendap lama akan membentuk batu.  Prosesnya mula-mula batu tersebut berukuran kecil, semakin lama semakin membesar. Batu lebih mudah terbentuk pada orang yang mempunyai kebiasaan menahan kencing. Sebenarnya,dari semua penjelasan mengenai bahaya menahan kencing/gangguan saluran kemih ini saling berkaitan. Infeksi dapat menimbulkan batu saluran kemih, dan batu dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Sehingga, kadangkala kedua penyakit ini ditemukan secara bersamaan. 
Jadi, tidak ada aktivitas yang dibenarkan kaitannya dengan menahan kencing karena aktivitas tersebut memicu datangnya beragam penyakit. Meskipun dengan dalih beragam alasan, semua itu sebagai bentuk dari tugas pribadi yang telah dibebankan kepada kita, bahwa aktifitas menjaga baik menjaga diri sendiri, menjaga lingkungan serta menjaga keseimbangan alam menjadi tanggungjawab diri sendiri sebagai mana amanat khalifah fil ard dalam ajaran agam. Sebagai umat yang mengamini ajaran agama, atau bahkan sebagai pribadi yang menyenangi kesehatan ajakan tersebut menjadi bernilai. Lebih khusus dalam menjaga kesehatan akibat dari kebiasaan menahan kencing yang akan berdampak bahaya bagi diri sendiri , dapat memicu perkembangan penyakit tentu tidaklah ada yang mengahrapkan dirinya tertimpa penyakit. Maka aktifitas menjaga menjadi langkah prenventif agar tidak tertimpa serta menjadi tanggungan pribadi. Sebaiknya, jika kita ingin buang air kecil, segera laksanakan. Jadi, segala macam zat yang tidak berguna akan segera keluar dan tidak diberi kesempatan berkembang di dalam badan.

Kelompok ELITE untuk SIAPA? (Analisis Hegemoni)

Oleh : Zezen Zaenudin Ali



Kopi hitam tertuang dalam cangkir yang terbalut oleh variasi warna bertemakan kebahagian atas kebersamaan. Racikan kopi yang tertuang pun mengeluarkan aroma kenikmatan merasuk kedalam indra pencium menyisakan rasa penasaran untuk berusaha mencicipinya. Meski terbilang sebagai penikmat kopi amatir karena belum terbiasa, namun sejatinya manusia dirasa manusiawi manakala mencium aroma nikmat yang khas ditimbulkan dari seduhan kopi menggugah selera untuk segera mencicipi citarasa yang akan ditimbulkan darinya. Rasa kopipun meledak sejak seruputan awal bak bom atom yang diledakan ditengah kota menyapu segala atribut serta beragam kehidupan didalamnya alhasil seruputan demi seruputan pun terus melaju tak mau tertinggal setetespun dalam cup yang tersedia dimeja. Kenikmatan dari kopi hitam yang dihidangkan ini, kunikmati dalam kesunyian, terlihat jelas dalam layar pemutar waktu menunjukan tengah malam. Kesunyian memberikan sejuta imajinasi berseliweran dalam angan, agar momen ini tak hilang kan kutuangkan dalam lembaran kosong. Lembaran itupun dimulai dari ungkapan sederhana atas berbagai fenomena dilingkungan sekitar yang menyebar belakangan ini.
Aku menyaksikan geliat kelompok sosial berkeliaran dibeberapa daerah. Mereka mengatas namakan kelompok tersebut dengan sebutan gerakan atau semacamnya. Mereka ada tersebar berseliweran diberbagai daerah, kemudian menciptakan peradaban bertemakan semi sentralisasi dikemudikan oleh wacana tunggal mengorganisasi berbagai kelompoknya – karena memang memiliki strata tersendiri dalam permainannya. Kelompok tersebut bersifat multikulturalism masuk dalam kategori lingkaran besar. Kemunculannya menandakan gelombang progresif menciptakan peradaban bernilai positif disatu sisi. Fenomena tersebut terlihat sebagai wacana baru dalam menerapkan gelombang historis dimasa perjuangan, baik perjuangan melawan penjajah, melawan kelas penguasa dan lain-lain. Geliat itu sepintas memberikan angin segar bak ombak dilaut luas yang menambah gairah keindahan yang khas dari adanya pantai, karena kurang  indah rasanya memandang pantai tenang tanpa adanya ombak yang bergulung-gulung saling berkejar-kejaran.
Adanya kelompok tersebut memberi harapan baru bagi masyarakat luas, karena eksistensi keberadaannya menandakan kepedulian terhadap kehidupan berperadaban tinggi khususnya menjawab tantangan pemerintah dalam menuntaskan program pembangunan yang sering dijadikan jargon pemerintah namun sejauh ini masih ditemukan kecacatan disana-sini. Kehadirannya sedikit berkontribusi menanggulangi kecacatan pembangunan sekaligus memberikan jaminan awal atas ketidak percayaan masyarakat terhadap institusi negara dalam penyelenggaraannya. Atas dasar itulah kehadiran kelompok tersebut dapat saja menjadi brand tersediri menjawab berbagai kekecewaan masyarakat kepada pemimpin publik yang oleh Gramsci sebutkan atas tindakan kelompok itu dengan istilah kontra hegemoni.
Pelaku pelaksana kebijakan memaksimalkan upayanya untuk bisa mendapatkan ‘kepercayaan’ publik sebagai imbas atas kepercayaan yang telah dibebankan kepadanya. Hanya saja, dirasa kurang mengena bagi masyarakat atas kebijakan yang dilaksanakan karena tidak merata sehingga rutinitas dari pembantu masyarakat tersebut belum bisa dinikmati oleh kalangan bawah. Alhasil memunculkan ragam geliat dikalangan bawah sebagai bentuk protes atas ketidak meratataannya upaya yang diberikan oleh pemerintah. Proses tersebut dijadikan sebagai kontra Hegemoni, dalam artian bahwa tindakan pengelolaan kelompok sosial yang telah mengorganisasi dan memberikan wacana baru sebagai geliat perlawanan ketidak puasan masyarakat terhadap  pelayanan publik yang diperuntukan mengarah pada penegak serta pemilik kebijakan. Namun bukan berarti kehadiran dari kelompok sosial tersebutpun lepas dari pengamatan mata elang sang pencari keluasan hasanah keadilan, kelompok-kelompok sosial tersebut pun memainkan perannya untuk berusaha mentransferkan pemahamnnya kepada khalayak umum yang disebutkan dengan istilah propaganda idiologi.
Propaganda idiologi tercipta menurut penulis tertuang dalam beragam aktivitas kelompok sosial. Ungkapan ini muncul bukan semata-mata karena kesinisan penulis dalam menyaksikan berbagai geliat dari kolompok sosial. Hal ini mesti dipahami sebagai bentuk penghayatan atas fenomena yang kemudian oleh penulis berusaha untuk dituangkan dalam aliran argumennya. Bagiku, propaganda idiologi tertuang dalam katogori terbuka dan tertutup, dengan maksud bahwa dikatakan tertutup ditekankan pada masyarakat luas yang masih menganggap kejadian demi kejadian sebagai suatu peristiwa apa adanya serta dirasa sebagai kewajaran semata. Tetapi bagi mereka yang terbungkus dalam balutan penggerak dari kelompok sosial tersebut kusebutkan sebagai penikmat dari propaganda idiologi terbuka.
Tentu naif rasanya manakala tidak menyadari kearah sana-penciptaan idiologi melalui propaganda. Hal ini masuk dalam ketegori bebas nilai antara salah benar, hanya saja tindakan tersebut menjadi salah satu contoh kongkrit dari proses penerapan hegemoni untuk mencapai suatu tujuan. Kuatnya iklim politik suara mayoritas sebagai penguasa dijadikan sebagai batasan untuk mencapai tujuan untuk mendapatkan retting semaksimal mungkin, maka upaya penguasaan melalui propaganda dijadikan sebagai ikhtiar mencapai konsensus bersama. Maka dalam hal ini-Red propaganda idiologi tertutup, akan dijadikan sebagai modal utama untuk menciptakan hegemoni. Kekhawatirannya nanti akibat dari propaganda idiologi tertutup tersebut akan membawa pada kesadaran palsu dimana masyarakat hanya akan terpilin-pilin pola pikirnya dan terbawa kedalam jebakan yang disuguhkan oleh kelompok sosial tertentu. Alhasil sistem demokrasipun mengalami bias makna hanya terpaku pada menguatnya pungutan suara mayoritas. 
Bukan berarti hegemoni-kontra hegemoni tidak dibenarkan untuk mencapai suatu tujuan. Tulisan ini hanya sebagai bahan renungan besama bahwa konsepsi jabatan jangan sampai dijadikan sebagai tujuan final sehingga hegemoni hanya dijadikan sebagai strategi pemasaran untuk memenangkan pilkada yang dalam waktu dekat akan dimeriahkan secara serentak. Sehingga upaya hegemoni itu selesai setelah ‘mendapatkan’ atau ‘gagal dalam mendapatkan’ tetapi mesti berjalan terus untuk menciptakan kesepakatan serta menjaga kesepakatan yang tidak memihak pada kelompok tertentu melainkan mesti sejalan dalam menciptakan keharmonisan serta kesejahteraan masyarakat sebagaimana peran dari intelektual organik untuk mengarahkan agar bisa sejalan dan berjalan bersama. Dengan begitu, pesta demokrasi ini akan menciptakan sosok pro-rakyat karena terlahir dari jeritan tangis rakyat, bukan hanya melahirkan rezim baru sementara masih menciptakan stok lama, yakni penindasan terhadap rakyat.

Harga Cabai Rawit Naik, Petani Cabai Rugi

Rabu, 26 Agustus 2015 - Petani cabai rawit di Ds. Tegalglagah, Bulakamba, Brebes rugi meski harga cabai di pasar tradisional maupun modern melambung tinggi. Harga cabai rawit di pasar tradisional Brebes (Pasar Brebes) mencapai Rp. 40.000,-/Kg, hal ini terjadi dibarengi dengan adanya krisis ekonomi di Indonesia.

Menurut pemaparan Bapak Kaprawi, salah satu petani di Ds. Tegalglagah yg di temui di sawah “Petani seperti saya akan tetap rugi karena tengkulak selalu memberikan harga yang sangat murah. 1 Kg cabai rawit hanya dihargai Rp. 7.500,- padahal harga cabai rawit di pasar sangat mahal, samapai Rp. 38.500,-. Hrusnya pemerintah bisa menstabilkan harga cabai agar kami tidak rugi“.

Adanya permainan harga dari oknum tengkulak (bakul) disertai dengan ketidakstabilan ekonomi adalah penyebab dari kerugian para petani.  Tengkulak membeli dari petani seharga Rp. 7.000,- sampai Rp. 9.000,-. Untung yang didapatkan oleh tengkulak mencapai 300%. Dari untung tersebut akan digunakan untuk biaya kuli angkut, transportasi, dll.

Berdasarkan pemaparan Bapak Warso, salah satu tengkulak “Ya, harga cabai memang mahal tetapi di petani dengan harga tujuh ribu termasuk sudah mahal mas. Kenapa harga bisa mencapai empat puluh ribu/Kg, karena untuk biaya kulinya dan yang paling penting biaya transportasi, karena BBM naik. Tengkulak paling dapat untung 50 % - 75 %.”


Kestabilan ekonomi sangat mempengaruhi semua harga sayuran, tidak terkecuali harga cabai rawit. Harga tetap mahal tetapi petani tetap rugi. Untuk mencukupi kebutuhan ekonomi sehari-hari juga kurang dari cukup. Sudah seharusnya pemerintah memperhatikan hal ini dan segera untuk menstabilkan ekonomi demi mensejahterakan warganya.

Oleh : Faizal Aris

KPMDB Berbagi Ta’jil & Sahur On The Road

KPMDB WIL.CIREBON BERBAGI BREBES, Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) Wilayah Cirebon menggelar kegiatan “KPMDB Berbagi ta’jil dan sahur on the road bareng tukang ojek dan tukang becak disekitar ruas jalan ketanggungan . Kegiatan ini diikuti oleh 25 orang terdiri dari 20 anggota KPMDB Wil. Cirebon dan selebihnya dari KPMDB Wil. Semarang, berlangsung mulai dari Sabtu Sore menjelang buka Puasa sampai Minggu 12 Juli 2015.

KPMDB Berbagi Sesama merupakan refleksi dari bulan suci yang diagungkan atas pemahaman yang telah diterima dengan mengenal lebih dekat aktifitas lingkungan sekitar, pun sebagai pembelajaran bahwa memberi menjadi bagian dari prilaku sosial yang tidak kalah positifnya dengan perayaan ritual keagamaan. Selain dari pada itu, moment of inquire dari kegiatan tersebut dari kacamata para pelajar serta Mahasiswa Cirebon Khususnya , kegiatan ini terlaksana dalan rangka memanfaatkan momen berharga bulan yang disucikan serta jelang berakhirnya ramadhan sebagai bentuk dari eksistensi KPMDB Wilayah Cirebon, bahwa memberi bisa dilakukan oleh siapapun manakala muncul dalam benaknya rasa empati terhadap sesama. Menumbuhkan rasa empati ini menjadi daratan luas yang ingin dibangun dalam benak individu organisasi ini, dengan menumbuhkan rasa serta sikap humanis diharapkan kedepan bisa tercipta serta terpupuk rasa mengabdi untuk daerah serta lingkungan demi kemaslahatan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam sambutannya Imam sebagai ketua pelaksana menyampaikan perubahan sikap individu dalam melihat elemen lain dari masyarakat yang ingin dimunculkan, dengan menumbuhkan rasa empati dan mencintai aktifitas berbagi menjadi corong utama yang hendak dibangun agar kedepan menjadi insan sensitif dengan isu lingkungan. “Hal ini dilakukan sebagai bentuk derma dari mahasiswa untuk lingkungan sosialnya melalui aksi KPMDB Berbagi Ta’jil serta Sahur on the road,” kata Imam.

Dalam sambutannya ketua Umum KPMDB Wilayah Cirebon, Arin Nurul Mawadah menyampaikan “Momen berbagi ini diharapkan dapat menjadi agenda setiap individu serta diharapkan dapat dijadikan sebagai media pembelajaran untuk terus membiasakan diri mengabdi dengan beragam corak pengaplikasiannya. Membiasakan diri terjun kedalam lingkungan yang berbeda dari diri pribadi menjadi cerminan bahwa semata-mata semua itu tercipta karena atas dasar rasa saling terikat rasa persaudaraan. Simpul kekeluargaan ini menjadi media pengaplikasian yang mesti terus dipupuk sedini mungkin agar suatu saat nanti mengabdi menjadi aktifitas keseharian tanpa mengharapkan balas jasa apalagi memanfaatkan momen program lima tahunan yang akhir-akhir ini bermunculan.” katanya.

Yunus Awaludin salah satu peserta dari alumni KPMDB Wil. Semarang mengamini bahwa “ Rutinitas kegiatan sosial semacam ini diharapkan bukan semata karena menjadi agenda dari rentetan program kerja namun sejatinya terlahir dalam benak setiap individu masing-masing agar suatu saat nanti terbiasa dalam memberi dan melayani maka tanpa mesti mengobral janji-janji, karena aktifitas memberi telah menjadi rutinitas pribadi”

Dikirim oleh : Zezen Zaenudin Ali

Modernisme

Oleh : Zezen Zaenudin Ali

Modernisme menjadi salah satu fase penting dalam dunia intelektual yang tak lepas dari perbincangan serta berbagai polemik. Salah satu isu yang dimunculkan dari polemik tersebut ialah produk situasi krisis kultural dalam masyarakat. Semua itu diakibatkan atas dasar  dari kejenuhan orang-orang terhadap kecacatan arus modernisasi seperti yang khas darinya mengenai isu-isu sentralisasi, birokrasi, imperialisme, dominasi dan lain sebagainya. Mengikuti berbagai polemik itu, orang dapat dibawa ke suatu “situasi seolah-olah” yang ambivalen: disatu pihak merasa seolah-olah mampu mengatasi situasi historis aktual dengan menjadi “post”, tetapi dilain pihak merasa sudah mengenali acuan-acuan dari kosakata-kosakata baru, semacam baju baru bagi keprihatinan-keprihatinan lama.
Sebenarnya apa yang dimaksud dengan modernitas? Istilah modernitas merupakan substansiasi berpangkal dari kata sifat “modern” dalam bahasa Latin yaitu moderna yang artinya adalah “saat kini” atau bisa dibahasakan juga dengan istilah “baru”. Dalam polemik tersebut, konsep modernitas diartikannya baik sebagai konsep waktu (zaman baru) maupun sebagai konsep epistemis (kesadaran baru). Secara epistemis modernitas memiliki empat elemen pokok, yaitu pertama subjektivitas dan reflektif yaitu pengakuan akan kekuatan-kekuatan rasional dalam memecahkan masalah kedisiplinan. Kemudian kedua subjektivitas berkaitan dengan kritik atau rekreksi, yaitu kemampuan untuk menyingkirkan kendala-kendala kebebasan dari tradisi sejarah. Ketiga Kesadaran historis yang dimunculkan oleh subjek bahwa waktu berlangsung secara linear, progresif, unik, tak terulangi dengan menekankan pada kekinian  sebagai sumber yang langka (F. Budi Hardiman.194.2003) oleh sebab itu modernisme memiliki kosa kata yang khas yang digunakan dalam menyampaikan ide-idenya, yakni revolusi, evolusi, transformasi dan seterusnya yang artinya kebaruan itu dimungkinkan.
Keempat universalisme yakni yang mendasari dari ketiga elemen yang lain. Dengan demikian semua elemen modernitas tersebut bersifat normatif bagi masyarakat yang melangsungkan proses modernisasi. Secara historis semangat dari aktualisasi sifat normatif ini berkembang pada masa gerakan humanisme renaisans diabad ke-16 serta pada masa perkembangan sains dan teknologi. Dengan modernisasi kebenaran wahyu diuji dihadapan rasionalitas, legitimasi kekuasaan dipersoalkan melalui kritik, kesahihan tradisi dipertanyakan oleh adanya harapan masa depan yang lebih baik. Sejak melangsungkan proyek modernisasi tersebut manusia lambat laun mengalami berbagai perubahan terlebih mulai kehilangan sikap naifnya.
Berkaca atas catatan sejarah tersebut, kita mulai mempertanyakan kembali efektifitas sebagai masyarakat berbudaya. Secara historis maupun secara geografis berada dalam tataran wilayah ketimuran serta memiliki sisi historis panjang mengamalkan kebiasaan timur-karena lama berhubungan dengan negeri penggagas hasanah intelektual  ketimuran seperti India. Akhir-akhir ini keadaan dilingkungan kita cenderung mengamini berbagai elemen atas modernitas padahal telah diakui bahwa modernitas dinegeri asalnya meninggalkan berbagai segi kecacatan lalu kemudian telah mulai mereka tinggalkan, tetapi kenapa sebaliknya dinegeri berbudaya ini kebiasaan yang telah mulai penciptanya tinggalkan tetapi dimulai diliriknya bahkan dikembangkannya. Meskipun rutinitas mendaur ulang tidak selamanya bersifat negatif, tetapi mendaur ulang dari produk asalnya merupakan tindakan lemah karena dari segi kualitas menduduki kelas kedua karena telah terlempar jauh dari yang utama, maka kenapa tidak memilih ‘sesuatu’ bermuatan kualitas nomer wahid.
Kaitannya dalam hal ini ialah maraknya fenomena pendidikan yang berembel-embel basis, sebut saja dalam proyek pendidikan saat ini sering kita menyaksikan adanya visi lembaga pendidikan berbasis teknologi, meninggalkan basis keeksotisan dari budaya luhur yang telah mengakar atau dalam bahasa padang pasir dikenal dengan akhlakul karimah. Tentunya hal ini sangat disayangkan bagi negeri yang telah lama mengedepankan budaya luhur tersebut. Dalam sejarah bangsa, budaya luhur tersebut selalu dipegang oleh bangsa kita prilaku ciri khas darinya ialah gotong royong, tenggang rasa, adap asor atau kosa-kata lainnya yang pernah menghiasi perihal khasanah intelektual sebagai manifestasi dari budaya luhur dimiliki oleh bangsa terjajah adat ketimuran.
Kembali pada isu akhir-akhir ini yang melanda pendidikan dinegeri ini. Tema besar dari visi pendidikan marak dimunculkan. Semuanya berujung pada stategi pemasaran dari salah satu elemen modernitas. Nilai tambah dari modernitas ialah kemunculan ide subjektifitas yang menyembunyikan kekuatan, tertuang dalam proyek kemanusiaan seperti dalam pendidikan, kesehatan, penjara dan lain-lain. Semua itu merupakan teknik dominasi atas subjektifitas dari guru, para dokter, politikus maupun manusia pada umumnya. Hal ini mendistorsi dari keorisinilan tugas dari pendidikan ‘untuk mencerdaskan’ dalam undang-undang 1945 yang menjadi panutan bangsa ini. Alih-alih mencerdaskan yaang terjadi menjadikan pendidikan sebagai lahan untuk mendapatkan keuntungan. Pada akhirnya lembaga pendidikan hanya menyediakan sesuatu hanya berlandaskan pada kebutuhan pasar semata. Maka politik kepentingan bermain, dalam penyesuaian kebutuhan. Tak ayal kemudian ditemukan beragam fenomena mulai dari standarisasi, pengkapling-kaplingan nilai formal selembar tanda, bahkan membangun formasi legal serta tak legal untuk membangun perputaran hegemoni pendidikan-guru. Jelaslah elemen dari peninggalan modernitas menjelma menajdi pandangan hidup yang mengarahkan masyarakat untuk menuju kearah yang ditentukannya. Pada akhirnya manusia hanya mencari platform tanpa mengetahui identitas sesungguhnya, disitulah terjadi keterasingan bagi dirinya seperti yang diungkapkan Marx, meskipun tak seperti maksud utama dalam pandangan marx, namun setidaknya konsep alienasi ini dapat menerpa siapapun tanpa kecuali, termasuk dalam hal menyesuaikan kebutuhan pasar.

Kategori : Wisata

Kategori : Budaya

Kategori : Industri

Kategori : Musik

Kategori : Opini

Kategori : Pendidikan

Kategori : Pertanian

Kategori : Politik

Kategori : Teknologi

Kategori : Berita

Kategori : Film

Kategori : Kesehatan

Kategori : Olahraga

Kategori : Pemerintahan

Kategori : Perdagangan

Kategori : Peternakan

Kategori : Sosial

Kategori : Artis