Cari Berita/Artikel :

Refleksi Hari Sumpah Pemuda Ke-88

Refleksi Hari Sumpah Pemuda Ke-88

Pertama:
“Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indnesia.”
Kedoea:
“Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.”
Ketiga:
“Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesa.”

(bunyi Sumpah Pemuda, tercantum pada prasasti di dinding Museum Sumpah Pemuda. Ejaan van Ophuysen)

Sumpah Pemuda merupakan tonggak utama untuk menuju Indonesia yang merdeka. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat pemuda Indonesia untuk mewujudkan cita-cita membentuk sebuah Negara Indonesia.
Yang dimaksudkan dengan “Sumpah Pemuda” adalah keputusan kongres pemuda kedua yang dilaksanakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, “bahasa Indonesia” di kemudian hari. Keputusan ini juga dahulunya diharapkan sebagai azas bagi perkumpulan-perkumpulan kebangsaan Indonesia dan agar disiarkan di segala surat kabar untuk kemudian dibacakan disetiap rapat perkumpulan-perkumpulan.
Bagi seorang pemuda maupun generasi muda, hari Sumpah Pemuda merupakan momen dimana kita dapat lebih meningkatkan jiwa yang berkarakter, disiplin dan cinta tanah air demi kemajuan nusa, bangsa, dan negara. Akan tetapi kenyataan sekarang berbeda, hari Sumpah Pemuda hanya dijadikan sebagai acara seremonial belaka. Pemuda hanya sekedar memperingati dan tidak ada keberlanjutannya. Hal tersebut terbukti dengan tingkat kemalasan pemuda yang cenderung lebih ingin diam, tidak bergerak untuk melakukan sesuatu demi kemajuan bangsanya. Bukan tidak mungkin ketika fenomena yang terjadi pada pemuda zaman sekarang adalah mereka lebih memilih bermain dengan gadgetnya, bermain game setiap hari dari pada berkarya untuk bangsa dan negaranya. Bahkan banyak pemuda di zaman sekarang yang terlibat dalam aksi tawuran, miras, narkotika, geng motor, dan sebagainya. Kondisi ini memang sangat memprihatinkan. Mereka hanya membuang-buang waktu untuk melakukan hal yang negatif dan sangat merugikan tentunya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain.
Pemuda yang seharusnya menjadi tonggak awal menuju Indonesia yang maju, akan tetapi dari paparan diatas menunjukkan bahwa pemuda boleh disebut hanya sebagai “boneka yang mati atas tindakannya sendiri”. Sudah seharusnya pemuda di zaman yang serba globalisasi seperti sekarang ini untuk memulai berkarya. Dengan banyaknya alat-alat yang modern, canggih dan mudah untuk digunakan seharusnya pemuda akan lebih dipermudah dalam berkarya dan menjadikan lebih giat dalam berkarya.
Salah satu wujud karya yang sudah diciptakan untuk bangsa adalah munculnya produk-produk asli buatan anak bangsa. Seperti contoh, motor dengan bahan bakar air yang dibuat oleh Nanda Alavanta siswa SMKN 2 Sinabung, Aceh, helm anti gegar otak yang dibuat oleh Lius Nara Pradhana siswa SMP di Surabaya yang berusia 14 tahun, mobil dari tenaga surya yang diciptakan oleh siswa Muhammadiyah 7 Malang, dan masih banyak karya lainnya. Akan tetapi, jumlah pemuda yang mampu berkarya masih tergolong minoritas.
Di hari Sumpah Pemuda ini, sudah seharusnya pemuda sadar akan hal-hal yang dapat memajukan bangsa dan negaranya. Mudah-mudahan sepenggal ikrar Sumpah Pemuda di atas dapat mengingatkan kembali kepada pemuda untuk lebih meningatkan rasa jiwa yang berkarakter, cinta tanah air dan disiplin untuk memulai bergerak dan berkarya.
Salam Pemuda....!!!!!
Selamat Hari Sumpah Pemuda.

Oleh : Didi Agus