Cari Berita/Artikel :

Manifestasi Nilai ketuhanan dalam Masyarkat Plural

Manifestasi Nilai ketuhanan dalam Masyarkat Plural
Oleh : Judin 

Gejala kehidupan bergerak dinamis manakala keberadaan otak di fungsikan. Kadang sebagian manusia takut menghilangkan tradisi tua yang dianggapnya sakral. Claim ini yang mengungkung keberadaan otak ini terbelenggu. Dimanakah Tuhan yang entitasnya dapat termanifestasi dalam kehidupan sosial? Jika hanya kebenaran parsial dipaksakan kepada sejumlah masyarakat yang plural dan mempunyai ragam keyakinan dan keinginan. Untuk itu kebebasan berpikir, berpendapat, bertindak adalah hal yang lumrah untuk menemukan kebenaran menurut perspektif masing-masing. 

Adapun nilai-nilai Tuhanlah yang mestinya lebih dikedepankan, hal ini berangkat dari kebenaran ruhani yang dipancarkan oleh cahaya-Nya. Kita bisa melihat teladan Seladi. Dia yang berprofesi sebagai polisi lebih baik memulung sampah daripada meminta atau terima suap dari pembuat SIM, karena dia yakin bahwa harta yang dihasilkan lebih berkah daripada disuap atau meminta suap. Keyakinanya itu terus ia lakukan walaupun sebagian teman kantornya merasa tidak setuju dengan kegiatannya itu. Akhirnya Seladi mendapat pujian dan kehormatan dari masyarakat walaupun ia tidak mengharapkannya. 

Fenomena kontroversial terkait Siti Jenar yang dipandang menyesatkan oleh level keimanan manusia di zamannya, tentang keberadaan Tuhan yang menyatu dengan dirinya (manunggaling kawula gusti). Dari sumber bacaan yang kuat bahwa maksud kebersatuan diri dan Tuhan adalah kesatuan antara kehendak Tuhan dengan dirinya. Bukan bersatu dalam arti seperti hubungan suami-isteri. Jadi tidak logis juga sejarah mengatakan bahwa Siti Jenar ketika ditanya siapa kamu? Dijawab olehnya : Saya Tuhan. Siti Jenar yang levelnya ma'rifat tentu susah dipahami oleh level dibawahnya. gagasan Ibnu Arabi tentang eksistensi Tuhan dan manusia memperkuat teologinya Siti Jenar. Bahwa "Tuhan tidak bisa jadi manusia dan begitu pula manusia tidak bisa jadi Tuhan". 

Kasus lain yang saat ini terus mewarnai media seperti maraknya narkoba, terorisme dan pemerkosaan merupakan tindakan amoral yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Bukankah sesuatu yang tidak dibenarkan menurut adat dan kebiasaan pun juga mendapat kekangan lingkungan karena bersebrangan dengan nilai-nilai kebenaran yang telah lama disepakati yang kurang lebih bersumber dari ajaran Tuhan.

Eksistensi Tuhan seakan hilang dari sanubari manusia. maka sudah saatnya ibadah yang dipahami masing-masing agama sebagai wujud perbaikan nilai-nilai kemanusiaan. Menempatkan porsi agama setinggi-tingginya dalam rangka membenahi problamtika umat yang beragam. Karakter kebenaran Tuhan tercermin dalam gerak dan langkah manusia. Walaupun ini adalah sebuah keinginan tapi perlu dukungan dari berbagai pihak. Tanpa itu mustahil akan terwujud.